Friday, May 20, 2011

Tanggapan AIMI atas artikel Fimela.com “Susu Formula = Bad Mothers?

huaaa...baru saja terjadi kerusuhan para ibu2 di dunia pertwitteran... me? jd penonton aja deh dan menyimak... :) secara sini bukan ASI expert gitu loh....
Jadi Ada Artikel ini nih di FIMELA.com yang bikin heboh dunia persilatan... Susu Formula = Bad Mother?
Awalnya gw anggap biasa2 aja... positip thinking laahh...mungkin buat menghibur ibu2 yg memang nggak mampu kasih ASI, tapi helooo kalo di lihat dari sudut ppandang ibu2 yang kurang pengetahuan tentang ASI kalo ditelen bulet2 waahh bahaya itu....bisa terlena nggak kasih ASI.

mo share dikit yah...
Gw termasuk yang fanatik ASI dan akan memarahi teman2 gw yang malas ngasih ASI tp gw juga bukan ASI Nazi...secara gw juga cuma bisa kasih Raka ASI 14 bulan *malu-malu* *pengakuan dosa* tapi ASI memang sesuai prinsip supply and demand, karena Raka bingung puting karena di tinggal ke kantor jd pakai dot (nggak mau nenen) dan akhirnya dengan hanya memerah doank lama2 jadi surut, yang tadinya perah 5 kali sehari dapet sekitar 800ml (peras dikantor 400-450ml peras dirumah 200-300ml) daaannnn terakhir merah hanya memerah 3 kali sehari dan in total cuman dapet 10ml (10ml itu udah 3 kali meres...menggenaskan hiks)....udah sampe konsultasi ke Klinik Laktasi di Tebet lho....sedihhhh banget setelah berpikir cukup kerasss akhirnya gw putuskan untuk berhenti memerah... :((

Selama 14 bulan Raka nggak pernah sakit apa2 begitu berhenti ASI langsung sakit batuk pilek.... hiks....Waktu awal2 memang salah strategi pas stok ASI, terlalu sedikit udah keburu masuk kantor...for the next harus atur strategi neh biar nggak kecolongan...eh tapi stok kebanyakan juga ada yang kecolongan, sodara gw ngasih anaknya selalu susu yang paling lama di freezer (susu 2 minggu yll) akhirnya anaknya sakit juga kena batpil mulu...harusnya di bagi stok ASInya setiap hari dia selain minum yg paling lama jg minum yang paling baru alias fresh from the "oven"....itu menurut gw loh....

Untungnya di kantor support Pompa Perah sewaan merk MEDELA - Lactina 5 biji nongkrong di Ruang Nurserry Room di lantai 2 - Podium Belakang, sooo kalau ada temen-2 yang kebetulan meeting di Indosat Pusat (depan Monas) dan ingin memerah monggo melipir kesini yah :)


Kalo kata temen2 gw ASI gw nggak sesuai casing...damn..."memang ASI gw nggak berlimpah ruah tapi gw pantang menyerah"...gw butuh 1 setengah jam untuk dapet 150ml tapi ada temen gw yang bisa dapet 300ml dalam 10-15menit Damn...apaan tuhh GENTONG SUSU??...sumpah sirik abeess xixixi....dan namanya orang kantor adaaaa aja yaaah yang rese...pake komen: "kok Indri meresnya lamaa amat yah ngapain aja siy?"...dih tiap orang kan beda2 kemampuannya...lo pikir gw gosip doank apa di Nurserry Room???? *emosih

Menurut gw seorang ibu itu kalau mau ngasih ASI emang harus dari hati dan sanubari yang paling dalam ikhlas dan niat...dan terakhir harus Happy... happy like hippo ^_^

"selama hidup gw...makan yang paling nikmat adalah makan sehabis menyusui/ memerah"...busetttt endangg banget..... i can eat anything and i dont care about my body weight...nikmeh pula pas makan....berasa lapar mulu kan :D well not anything yah tetep harus yang berkualitas juga makanannya....

dan ini ada tanggapan dari AIMI ASI tentang Artikel Fimela tsb. bagus bangettt....beberapa point gw ada juga yang baru tahu....(btw entah kenapa gw nggak bisa buka linknya dari PC jadi gw paste aja ke bb dan di taro disini)

Nia

Jakarta, 19 Mei 2011

Kepada Yth.
Fimela.com

Re: Tanggapan AIMI atas artikel Fimela.com “Susu Formula = Bad Mothers?”

Salam ASI,

Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) adalah organisasi nirlaba yang didirikan dari, oleh dan untuk para ibu menyusui di Indonesia. AIMI mempunyai misi dan visi untuk mempromosikan, mendukung dan melindungi kegiatan menyusui di Indonesia, dan mempunyai 1 tujuan, yaitu untuk meningkatkan angka ibu menyusui dan bayi yang disusui di Indonesia. Hal ini sejalan dengan program pemerintah yang senantiasa menggelar kampanye untuk meningkatkan angka pemberian ASI di Indonesia, terlebih karena menurut laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI 2007) dan World Breastfeeding Trends Initiative (www.worldbreastfeedingtrends.org) kondisi menyusui dan pemberian ASI di Indonesia masih tergolong rendah.

Oleh karena itu, sebagai Kelompok Pendukung Ibu Menyusui di Indonesia, alangkah terkejutnya kami ketika membaca artikel yang berjudul “Susu Formula=Bad Mother?”
yang terpajang di situs www.fimela.com, yang cenderung menyesatkan pembaca dengan pemaparan informasi yang tidak akurat dan bertendensi untuk tidak mendukung gerakan pemberian ASI di Indonesia.

Berikut adalah beberapa masukan dari kami:
”...Ibu yang tidak bisa memberikan ASI pada bayinya seringkali karena alasan medis, seperti puting yang masuk ke dalam, produksi ASI yang nggak mencukupi, kandungan nutrisi serta gizi yang kurang, infeksi puting, atau harus minum obat-obatan tertentu yang bisa masuk ke dalam ASI dan bisa berbahaya bagi bayi. Ibu yang mengidap AIDS dan HIV juga dilarang menyusui, bisa menularkan virus ke bayi lewat ASI...”

Tanggapan:

1. Puting masuk ke dalam tidak termasuk dalam alasan medis tidak memberikan ASI, selain bentuk puting tidak mempengaruhi produksi ASI, bentuk puting tidak mempengaruhi kemampuan bayi untuk menyusu karena bayi menyusu pada areola (bagian berwarna gelap dari payudara) sehingga tidak mempengaruhi pengeluaran ASI. Dengan modifikasi teknik menyusui yang tepat, bayi dapat menyusu langsung ke payudara tanpa banyak masalah.

2. Produksi ASI tidak mencukupi. ASI diproduksi berdasarkan prinsip supply and demand, yaitu semakin sering bayi disusui dan payudara dikosongkan maka produksi ASI semakin banyak. Semakin sering bayi mendapat tambahan susu formula maka pengeluaran ASI semakin jarang dan menyebabkan produksi ASI berkurang. Penggunaan dot dan botol juga menyebabkan bayi kesulitan menyusu langsung sehingga membuat ibu merasa ASI tidak cukup dan akhirnya tidak meneruskan pemberian ASI. Cara yang paling efektif untuk memastikan bayi sejak awal dapat menyusu sesering mungkin pada ibunya, adalah dengan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan rawat gabung 24 jam di rumah sakit.

3. Kondisi ibu dengan kandungan nutrisi serta gizi yang kurang tidak membuat kualitas ASI-nya menurun. ASI tetap memiliki kualitas yang baik. Meskipun ibu tetap diharapkan memperbaiki status gizinya demi kesehatan ibu.

4. Infeksi pada puting bukan jadi alasan menghentikan pemberian ASI. Selama ibu sudah mendapat pengobatan yang adekuat pemberian ASI tetap dapat diteruskan.
Kalaupun tidak memungkinkan menyusu secara langsung, ASI dapat diperah dan diberikan kepada bayi dengan media cangkir, sendok, pipet atau spuit.

5. Sebagian besar obat yang dikonsumsi ibu bisa masuk dalam ASI, tetapi dalam dosis yang sangat rendah sehingga tidak memberi dampak pada bayi. Sedangkan obat – obatan yang tidak aman dikonsumsi ibu menyusui hanya sedikit seperti obat antikanker yang memerlukan ibu tidak memberikan ASI selama beberapa waktu, tetapi ibu masih tetap dapat memberikan ASI jika memerah ASI sebelum memulai pengobatan dan kembali menyusui jika efek obat antikanker sudah hilang dari ASI.

6. Virus HIV dapat ditularkan melalui ASI. Tetapi jika ibu ingin menyusui dan sudah mendapatkan pengobatan (Antiretroviral) ARV sejak hamil, maka ibu dapat tetap menyusui bayinya. Apalagi jika tidak tersedia pengganti ASI yang memenuhi kriteria AFASS (available, feasible, afordable, sustainable, safe).

“...Susu formula merupakan pilihan asupan nutrisi pengganti ASI, bahkan mengandung beberapa vitamin dan nutrisi yang nggak didapat bayi yang diberi ASI...”

Tanggapan:

Susu formula adalah produk pengganti ASI yang salah satu bahan dasarnya adalah susu sapi. Susu sapi ini kemudian diproses, diolah secara sintetis dan diformulasikan untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dasar bayi. Sampai saat ini belum ada susu formula apapun yang komposisinya mendekati ASI, apalagi yang persis menyamai ASI. Segala zat yang terkandung dan ditambahkan secara artifisial pada susu formula, sudah ada secara alami dalam ASI. Paling tidak masih ada sekitar 200 jenis zat dalam ASI yang belum berhasil ditiru secara artifisial dan ditambahkan dalam susu formula. Bagaimana caranya membuat sel-sel darah putih, DNA ibu, hormon dan enzim-enzim aktif, faktor-faktor pertumbuhan secara artifisial sehingga bisa ditambahkan ke dalam susu formula? ASI adalah cairan hidup.

Demikian sedikit tanggapan dari kami. AIMI menaruh harapan besar pada media untuk dapat memberikan informasi yang akurat dari sumber yang terpercaya mengenai ASI dan menyusui. Pada akhirnya, keputusan untuk menyusui atau memberikan susu formula dikembalikan pada masing-masing orangtua, media mempunyai tanggung jawab sosial yang besar untuk membantu para orangtua ini sehingga mereka dapat mengambil suatu “informed decision” yang benar, demi masa depan buah hati mereka.

Salam ASI!

Mia Sutanto, SH, LL.M
Ketua Umum AIMI

Exclusive breastfeeding (ASI memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi bayi) http://www.who.int/nutrition/topics/exclusive_breastfeeding/en/

Medical reasons for use of BMS
http://www.who.int/nutrition/publications/infantfeeding/WHO_NMH_NHD_09.01/en/index.html

Medical recognition of breastfeeding
http://www.bfmed.org/Media/Files/Documents/pdf/Statements/ABM_Position_on_Breastfeeding%20bfm.2008.9988.pdf

No comments: